Katak & Kodok

Leptophryne cruentata, satu-satunya Amfibi yang dilindungi di Indonesia

Beberapa spesies reptil di Indonesia di lindungi di Indonesia, namun tidak untuk Amfibi. Satu-satunya amfibi yang di lindungi di Indonesia adalah katak (frog) yang berasal dari keluarga “Leptophryne”. Dideskripsikan pertama kalinya oleh Tschudi pada tahun 1838.

Leptophryne cruentata
leptophryne cruentata adalah satu-satunya amfibi yang di lindungi di Indonesia – Sumber gambar : inaturalist

Taxonomi → Kingdom : Animalia → Phyllum : Chordata → Class : Amphibia → Order : Anura → Family : Bufonidae → Genus : Leptophryne

Leptophryne cruentata atau di kenal dengan sebutan “katak darah (bleeding toads)” atau katak merah merupakan katak endemik Indonesia yang saat ini di ketahui hidup di wilayah Jawa Barat tepatnya di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).

Penyebaran katak ini sudah sangat rentan bahkan hampir punah! IUCN pada tahun 2018 menetapkan status berbahaya (En-Dangered) untuk katak mungil tersebut.

Morfologi

Di lansir dari amphibiaweb.com, Leptophryne cruentata adalah katak yang tergolong berukuran kecil dan ramping (slender). Sesuai namanya, mereka memiliki ciri khas bercak merah serta bintik merah di sekujur tubuh mereka. Pada betina ukuran SVL kira-kira pada kisaran 25-40 mm, sedangkan pada jantan SVL 20-30 mm.

Kulitnya ditutupi oleh tuberkel kecil. Kelenjar parotoid terbukti berukuran kecil dan terkadang tidak tampak jelas. Tidak ada tonjolan tulang pada kepala. Ujung jari tangan dan kaki sedikit membulat. Jari-jari kaki berselaput (karena mereka perenang yang ulung).

Pada bagian punggung,mereka memiliki warna kulitnya berwarna hitam dengan bintik-bintik merah/kuning. Terdapat dua jenis morf warna untuk spesies ini. Salah satu morf warna memiliki tanda jam pasir hitam atau menyerupai huruf “X” dengan batas merah dan kuning sedangkan Morf warna lainnya adalah hitam dengan bintik kuning tersebar di seluruh punggung. Perut mereka berwarna kemerahan atau kekuningan.

Kecebong Leptophryne cruentata berukuran sangat kecil dan berwarna hitam, Berudu/kecebong terlihat memiliki bibir bawah dengan papila.

Mengapa punah ?

Leptophryne cruentata

Beberapa ahli menyimpulkan beberapa kemungkinan. Adanya pesebaran penyakit yang di akibatkan oleh jamur dan patogen tertentu. Perubahan iklim yang signifikan ikut mempengaruhi tingkat suhu, sinar UV sehingga membunuh banyak katak berukuran kecil termasuk di antaranya Leptophryne cruentata.

Kerusakan habitat akibat dari perambahan hutan maupun eksploitasi alam menjadi salah satu faktor yang di-perhitungkan sebagai penyebab berkurangnya populasi mereka.

Habitat katak darah

Mereka sering di temui di aliran-aliran air yang tidak begitu deras. Di tinjau dari tempat hidupnya, Leptophryne cruentata masuk ke dalam golongan katak sungai (river frog). Hal ini terbukti dari kaki selaput yang tercipta untuk kemampuan berenang.

Di lindungi pemerintah Republik Indonesia

Melalui peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018, katak darah menjadi satu-satunya satwa yang di lindungi dari kelas Amfibi. Dunia anura tidak menganjurkan bahkan mengecam semua penjualan satwa yang di lindungi oleh Pemerintah.

Back to top button